Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Oktober 2021

Perbedaan Pretty Little Liars Versi Indonesia dengan Versi Aslinya Per Episode (1)

 


Berawal dari obrolan dengan seorang kawan, saya membuka blog yang sudah lama sekali gak ditengok. Pas lagi cek-cek ada komentar di tulisan tentang Mona yang menyebutkan tentang PLL Indonesia. Hah?! Langsung browsing-browsing di google dan youtube sebelum akhirnya memutuskan untuk mengunduh VIU demi menonton serial adaptasi ini. Lalu muncullah ide untuk melakukan perbandingan episode per episode guna melihat di mana perbedaannya, karena pasti kan ada penyesuaian dengan kebiasaan orang Indonesia. Tapi sebelum masuk pada pembahasan season 1 episode 1, saya mau bahas sedikit tentang hal mendasar dan kentara sekali perbedaannya secara umum.
 
Yang pertama adalah soal jumlah episode. Di versi Indonesianya untuk season 1 hanya berjumlah 10 episode, sedangkan versi aslinya ada 22 episode. Rupanya 10 episode itu adalah paruh awal season 1 dari versi aslinya. Jadi perkiraan saya, season 2 versi Indonesianya adalah paruh akhir dari season 1 versi aslinya.
 
Yang kedua adalah soal latar. Di versi aslinya mengambil latar kehidupan anak SMA, sedangkan di versi Indonesianya mengambil latar kehidupan anak kuliahan. Here's my opinion (nginggris dikit biar kayak serialnya hehehe). High school is fine, kuliahan? Mari kita bahas kerancuannya (menurut saya pribadi). Pertama, jadi keempat protagonis ini satu sekolahan trus lulus dan kuliah di tempat yang sama? Hmm... kalau mempertimbangkan latar tempatnya yang disebutkan sebagai kota kecil ya mungkin saja hanya ada 1 tempat kuliah di sana (yg saya yakin bukan universitas, mungkin sekolah tinggi atau sejenisnya), yg artinya mereka semua kuliah 1 jurusan. Kompak sekali yaa sampe milih jurusan pun sama. Tapi tebakan saya sih mungkin karena romansa guru-murid terlalu tabu untuk orang Indonesai jadi diganti romansa dosen-mahasiswi. 
 
Yang ketiga adalah karakter (di episode 1 karena nontonnya baru ini). Biar saya jabarin 4 karakter yang menurut saya bedanya agak lumayan (bahkan jauh) dari versi aslinya.
 
 
1. Hanna Ori vs Hanna Indo --- Untuk karakter ini saya cuma mau ngomentarin fisiknya saja (tanpa ada maksud apa pun). Apakah mereka sengaja membuat Hanna berbadan besar karena karakternya yg suka makan? Sedangkan di versi aslinya ukuran badan si Hanna ini gak terlalu signifikan dibanding yg lain.
 
 
2. Emily vs Ema --- Emily memiliki pergulatan dengan seksualitasnya, sementara Ema memiliki masalah dengan ibunya yang konon katanya religius (tapi agak kontradiksi dengan penampilan Ema sendiri, kalau beneran religius ibunya gak akan ngizinin Ema keluar pake baju yg mamerin ketek sama perut). Untuk bagian ini Emil Heradi selaku sutradara sudah mengkonfirmasi seperti yg disebutkan di detikhot. Dia bilang, "Kami mencoba ketabuan yang paling dasar, LGBT itu mungkin terlalu sensitif untuk kita. Akhirnya kami berpikir, kami tampilkan tabu yg ada di kita sedangkan di luar nggak ada, yaitu cinta beda agama." Nah, tapinya, di versi asli, seksualitas Emily sebagai seorang lesbian memiliki pengaruh pada plot ke depannya serta hubungan dia dengan Alison. Yg udah nonton paham deh, plot twist di season 7 episode 14 yg berhubungan dengan mereka berdua, yg bikin saya kaget sampe bolak-balik ke bulan. Yah, kecuali yg versi Indonesia tidak memiliki rencana jauh sampai ke sana. Atau mungkin saja Ema dibuat hamil di luar nikah sama pacarnya yg beda agama. Who knows?!
 
 
3. Maya vs Mahesa --- Dampak dari perbedaan karakter Emily dan Ema adalah Love Interestnya juga beda. Maya yg berjenis kelamin perempuan digantikan Mahesa yg berjenis kelamin laki-laki. Yang saya yakin Mahesa ini pastilah beda agama sama Ema. 
 
4. Darren vs Darma --- Keluhan saya cuma satu, Darren itu muda tampan dan lebih kalem, sedangkan Darma lebih tua dan kasar. (Ini opini berdasarkan selera pribadi ya, mungkin kalian punya selera yg berbeda).

Oke... Sekarang mari kita bahas perbedaan PLL Indonesia dengan versi original season 1 episode 1. Eh tunggu biar gak bingung kita daftar dulu perubahan nama-nama tokoh utamanya ya..
  • Spencer Hastings ----- Sabrina
  • Hanna Marin ----- Hanna
  • Aria Montgomery ----- Aria
  • Emily Fields -----Ema
  • Alison DiLaurentis ----- Alissa Gabriela
  • Ezra Fitz -----Eric
  • Maya St. Germain -----Mahesa
  • Ella Montgomery -----Illa
  • Ashley Marin -----Amira
  • Byron Montgomery -----Bondan
  • Pam Fields -----Indah

Baru ngeh cuma Alissa yg ketahuan nama panjangnya, yg lain entah. Mungkin ada yg punya info siapa saja nama panjang mereka boleh dikasih tahu.


 Adegan Pembuka

Pada versi aslinya cerita dibuka dengan pesta kecil-kecilan di lumbung milik Spencer, berbagi rahasia lalu mereka ketiduran dan saat bangun Alison dan Spencer menghilang. Tapi kemudian Spencer balik bilang Alison hilang dan dia sempet denger teriakan. Sementara versi Indonya, mereka merayakan pesta kelulusan SMA di tempat Sabrina, main truth or truth trus mereka ketiduran dan waktu bangun Alissa sudah menghilang, mereka juga mendengar teriakan di kejauhan. Menurut saya yg versi Indo unsur misteri dan horornya kurang berasa. Pada versi ori, hilangnya Spencer bersama Alison berpengaruh pada plot ke depannya. Jadi kira-kira bagaimana ya hal itu akan diadaptasi kelak jika yg pergi itu cuma Alissa? Kecuali, seperti yg saya sebut di atas, mereka tidak berencana membuat serial ini sepanjang aslinya.

Adegan Aria dan Keluarganya
 
Dalam versi aslinya, Aria sekeluarga baru balik dari liburan panjang. Saat ayahnya ngajak ngomong, Aria nyinggung soal rahasia mereka. Trus Aria nganter adiknya latihan lacrosse dan sembari menunggu dia mampir ke sebuah bar. Di sana dia bertemu dan berkenalan dengan Ezra. Mereka pun ngobrol yg berakhir pada percumbuan di kamar mandi. Sedangkan di versi Indo, diceritakan Aria sekeluarga baru balik dari Jakarta setelah ayahnya tugas 1 tahun di sana. Seperti versi aslinya, saat ayah Aria ngajak ngomong, dia nyinggung soal rahasia kecil mereka. Bedanya setelah itu Aria bilang mau muter-muter, tokoh adiknya hanya ditunjukkan lewat adegan teleponan sama ibunya. Aria trus nongkrong sendirian di sebuah kafe. Di sana dia bertemu dan berkenalan dengan Eric, mereka ngobrol panjang lebar yg berakhir dengan cumbuan di tepi pantai. Penilaian saya sebagai penikmat film, akting pemeran Aria dan Eric terasa agak canggung, dan adegan ciumannya seperti dipaksakan harus ada. Padahal gak pake ciuman juga gak masalah selama mereka bisa menampilkan kemesraan yg meyakinkan. Lagian mana ada orang Indonesia ciuman di tempat umum dan terbuka kayak pantai? Lebih masuk akal versi aslinya yg bercumbu di kamar mandi.

Adegan Ezra/Eric Tahu Aria adalah Muridnya
 
Untuk bagian ini pendek aja komen saya, yg versi Indo kurang dramatis. Di versi aslinya, si Aria lagi sibuk sendiri pas Ezra masuk dan menulis namanya di papan tulis. Trus pas Ezra balik badan matanya tertuju pada Aria and he said, "holy crap!" Lalu seisi kelas menoleh pada Aria. Orang yg bersangkutan akhirnya mengangkat wajah daaaannnn JRENG JRENG !!! Trus ponselnya bunyi SMS dari si A. Sementara versi Indonya? Yaudah gitu aja Eric masuk kelas dan langsung bertemu mata sama Aria, untungnya gak zoom-in zoom-out kayak sinetron ;D
 
Adegan Emily/Ema Berkenalan dengan Maya/Mahesa
 
Selain perubahan karakter yg udah saya jabarin di atas tadi, saya gak ada komen khusus tentang adegan ini. Secara konsep gak beda sama versi aslinya.

Adegan Emily/Ema Dapat Pesan dari A
 
Nah bagian ini baru pengen saya jabarin. Di versi aslinya, Emily dapet pesan di dalam lokernya setelah dia selesai mandi selepas latihan. Tapi sebelum itu, mungkin sehari sebelumnya, didahului adegan dia nganter pulang Maya dan keduanya ciuman tipis (tipis karena yg ketemu sudut bibir), baru deh dia dapet pesan dari A yg berisi, "Hey Em! I've been replaced, you've found another friend to kiss!" Dan itu adalah tulisan A, Emily kenal tulisannya. Naaahh saya agak berharap ada adegan Mahesa dan Ema pulang bareng, tapi ternyata gak ada. Eng ing eng dugaan saya salah hahahaha... Di versi Indonya, Ema dapet pesan dari A pas baru naik dari kolam abis latihan, yg isinya, "Poor Ema, why are all your Mr. Rights so Mr. Wrong?". Di sini lagi-lagi pertanyaan timbul dalam pikiran saya, bagaimana mereka akan membelokkan plot yg berkaitan dengan perasaan suka Emily terhadap Alison? Yg secara detail berpengaruh pada perkembangan karakter keduanya nanti, terutama pas Alison balik lagi. Yah kita lihat saja nanti, ini kan baru episode 1 nontonnya. Sabar woi!

Adegan Mr. & Mrs. Montgomery Menikmati Malam Berdua

Adegan ini berada di antara adegan Wren memijat pundak Spencer pas mereka berdua lagi di dapur dengan adegan Spencer dapet e-mail dari A pada malam harinya. Sementara di versi Indonya adegan orang tua Aria ngobrol ini gak ada. Jadi setelah Reno mijitin Sabrina yg langsung terhenti karena Melissa tiba-tiba datang, Sabrina masuk kamarnya dan tidak lama kemudian dapet pesan dari A. Entah kenapa adegan berduaan Mr. & Mrs. Montgomery ini tidak dimasukkan, mungkin karena dianggap tidak terlalu memiliki pengaruh pada plot utama.

Adegan Hanna Ditangkap Polisi
 
Pada dasarnya adegan ini di kedua versi sama, hanya detailnya aja yg dibikin beda. Di versi asli kronologi adeganya begini: Hanna ditangkap di rumahnya, dibawa ke kantor polisi, ibunya ngomong empat mata sama Darren, selagi Hanna menunggu di luar ruangan dia dapet pesan dari A, ibunya ngomein Hanna di mobil saat mau pulang. Sedangkan di versi Indo, Hanna gak sampai dibawa ke kantor polisi. Baru masuk mobil, ibunya 'negosiasi' sama Damar. Akhirnya Hanna dilepas, ibunya ngomelin dia di teras, abis itu baru deh ada pesan masuk dari A.

Adegan Terakhir di Gereja
 
Pertama saya mau bahasa adegan Ezra/Eric dan Aria dulu. Ada dialog yg saya rasa agak kurang pas jika digunakan dalam Bahasa Indonesia. Dialog ini merupakan terjemahan harfiah dari versi aslinya. Nih dialognya...

Versi asli
Aria    : Yes, she was one of my best friend.
Ezra    : I'm sorry.
Aria    : For Alison, or for being a jerk? 
Ezra    : Both.
Aria    : Thank you.

Veris Indo
Aria    : Ya, dia dulu temen baik aku.
Eric    : Maaf, ya.
Aria    : Buat Alissa, atau karena kamu udah bertingkah nyebelin?
Eric    : Buat dua-duanya. 
Aria    : Makasih ya.

Sekarang, adakah dalam kebiasaan orang Indonesia yg berbahasa Indonesia jika ada orang meninggal kita bilang "Maaf, ya." Malah disangka kita sebagai penyebab kematiannya. Frasa I'm sorry, tergantung konteksnya memiliki 3 arti yg berbeda jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan tidak bisa saling dipertukarkan (atau disinonimkan, kalau pun ada istilah itu), yaitu: meminta maaf, menyesal, turut berduka. Sekarang mungkin gak pas kita pengen minta maaf kita bilang "turut berduka"? Atau sebaliknya ketika kita ingin menyampaikan bela sungkawa kita bilang "maaf" atau "saya menyesal". Gak, kan? 
 
Menurut saya akan lebih natural kalau dialognya seperti ini:
Aria    : Ya, dia dulu temen baik aku.
Eric    : Maaf, ya.
Aria    : Untuk apa?
Eric    : Karena udah bertingkah nyebelin. Dan aku turut berduka atas Alissa.
Aria    : Makasih.

Lanjut. Masih dengan adegan yg melibatkan sepasang kekasih terlarang ini. Di versi aslinya, Aria mengecup pipi Ezra lalu beranjak pergi. Tapi tiba-tiba Ezra ngeraih lengan Aria dan menariknya lalu menciumnya di bibir. Setelah itu baru Aria pergi ke aula gereja. Di versi Indonya adegan ciuman itu gak ada, mungkin karena latarnya di tempat umum (dan bukan pantai). 

Oke. Next. Saat sampai di dalam aula gereja, Aria disambut oleh ibunya Alison yg mengatakan ia menyediakan tempat untuk Aria di depan bersama teman-teman dekatnya, secara berurutan Hanna, Spencer dan Emily. Sedangkan di versi Indo, saat ganti adegan Aria posisinya sudah duduk bersama teman-temannya, secara berurutan Ema, Sabrina dan Hanna (Eh baru ngeh urutannya dibalik).  

Terakhir. Adegan saat Darren/Darma menghampiri keempat sahabat ini dan mengatakan ia butuh berbicara kepada mereka berempat untuk meminta keterangan lebih lanjut terkait pembunuhan Alison. Di versi asli, adegan ini berlangsung di luar gereja, sedangkan di versi Indo adegan ini terjadi masih di dalam gereja. Tapi itu gak jadi masalah, cuma masalah latar. Yg agak jadi masalah bagi saya adalah akting si pemeran Darren dan Darma yg bedanya bagai langit dan bumi terutama gaya bicaranya. Darren berbicara dengan intonasi biasa tapi dengan nada yg tegas, halus dan gak galak. Sementara Darma, dari awal manggil udah ngagetin kayak guru yg ujug-ujug nunjuk muridnya buat ngejawab pertanyaan dadakan. Terus sepanjang dialog juga dia suaranya tinggi (seolah lupa sedang berada di dalam rumah ibadah), dan gayanya bicara galak kayak komandan lagi marahin anak buahnya yg bikin salah. Keempat gadis ini kan statusnya saksi, jangan galak-galak lah. Yah, tapi mungkin arahan sutradaranya begitu kali yak.

Perbedaan terakhir adalah adegan sesosok manusia yg mendekati peti mati Alissa. Adegan ini tidak ada di versi aslinya. Hmmm.... jadi penasaran siapa gerangan sosok itu. Apakah jawabannya ada di episode 2? Cuma satu cara untuk mengetahuinya.


Sabtu, 08 Agustus 2020

The Old Guard, Kisah Para Pejuang Yang Berumur Sangat Panjang

Sebagai penggemar Charlize Theron, film ini hukumnya wajib bagi saya. Ketika pertama nonton trailernya, hal yang membuat saya lebih tertarik lagi adalah ia menunjukkan latar dunia moderen dan dunia jadul alias jaman dulu. Oke, langsung aja kita intip sedikit plotnya. Dikit aja kalau banyak nanti spoiler...

Cerita dibuka dengan pertemuan sekelompok pejuang yang terdiri dari empat orang, Andromache a.k.a Andy (Charlize Theron) sebagai pemimpin, dan tiga anggotanya Booker (Matthias Schoenaerts), Joe (Luca Marinelli) dan Nicky (Marwan Kenzari). Mereka mendapat misi dari seorang mantan agen CIA, Copley (Chiwetel Ejiofor), untuk menyelamatkan anak-anak yang diculik di Sudan Selatan. Tetapi, ketika sedang menjalankan misi, mereka disergap oleh pasukan tentara bayaran. Mereka dihujani peluru dengan membabi buta, sampai tubuh mereka terkapar di lantai. Lalu hal ajaib terjadi. Luka mereka sembuh dalam sekejap, mereka berempat pun berdiri lagi dan menghabisi seluruh pasukan tentara bayaran itu. Kemudian saat itu mereka sadar mereka telah dijebak oleh Copley yang merekam aksi mereka.

Sementara itu di tempat lain. Di Afghanistan lebih tepatnya, seorang marinir AS lehernya tersayat (atau tergorok?) ketika sedang menangkap seorang buronan militer. Dengan luka sayatan seperti itu seharusnya dia mati, tetapi saat sadar dia sembuh total. Sama sekali tidak ada bekas luka yang menandakan kalau lehernya habis digorok. Nah, saat itu ia berbagi mimpi dengan Andy dan teman-temannya, yang membuat mereka menyadari keberadaannya. Oh iya, dia si marinir ini namanya Nile (Kiki Layne). Andy memutuskan untuk menjemput Nile dan mereka akan bertemu di Perancis. 

Copley menunjukkan video rekaman aksi Andy dkk ke Merrick (Harry Melling), seorang pemilik perusahaan farmasi. Ia tertarik untuk mempelajari kemampuan penyembuhan regeneratif yang dimiliki Andy dan timnya, hingga ia mengirim pasukan untuk menangkap mereka. 

Andy membawa Nile ke Goussaniville, sebuah tempat di sekitar Paris, untuk bertemu dengan yang lainnya. Di sini mereka berbagi cerita dan pengalaman mereka tentang bagaimana awalnya mereka menjadi seperti sekarang, juga orang-orang yang pernah berjuang bersama mereka. Ternyata, mereka tidak akan selamanya memiliki kemampuan penyembuhan super, suatu waktu kemampuan itu akan hilang dan menjadikan mereka kembali menjadi manusia biasa. Selanjutnya, pasukan Merrick berhasil menemukan tempat persembunyian mereka. Joe dan Nicky diculik, sementara Booker terluka parah. Andy membunuh para penyerang mereka, tetapi kemudian dia mendapati kemampuan penyembuhnya tidak bekerja.

Singkat kata singkat cerita, Andy bersama Booker dan Nile pergi untuk menemui Copley, tapi pada detik terakhir Nile memutuskan untuk pergi menemui keluarganya. Andy dan Booker menghadapi Copley, namun rupanya Booker mengkhianati Andy dengan alasan bahwa Merrick mungkin saja dapat menemukan cara untuk 'menyembuhkan' mereka. Akhirnya mereka semua ditangkap oleh Merrick.

Sementara itu, Nile yang dengan tidak sengaja mengetahui pengkhianatan Booker kembali untuk memperingatkan Andy. Tetapi dia terlambat. Lalu dia meyakinkan Copley untuk membantunya menyelamatkan Andy dan yang lainnya. 

 

Aksi laga dalam film ini kerena banget. Charlize Theron keren banget (ini kekaguman pribadi) mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Masih banyak detail dari film ini yang kalau disebutin satu-satu jadi spolier kelas berat. Tetapi yang pasti, di penghujung film sebelum credit title, ada adegan yang seperti memberikan harapan atau tanda bahwa mungkin saja akan ada sekuel dari film The Old Guard ini. Semoga saja. Jadi, satu pesan yang jelas dari film ini adalah tidak ada yang abadi, cepat atau lambat pada akhirnya semua akan mati. Sebelum ajal menjemput mari lakukan hal terbaik yang kita bisa.

Dari 1-10 film ini saya kasih nilai 8.

 

 

Minggu, 16 Juli 2017

Mona Vanderwaal : My Favorite Character from Pretty Little Liars




Aku selalu suka dengan tokoh antihero, mereka jauh lebih menantang untuk diciptakan dan menarik untuk dinikmati. Satu lagi tokoh antihero yang mencuri perhatianku adalah Mona Vanderwaal (diperankan oleh Janel Parrish) dari serial Pretty Little Liars. Mona adalah seorang remaja yang kutu buku dan tidak punya teman sama sekali. Dia selalu sendiri dan selalu jadi bahan bulyan, dia adalah salah satu korban bulynya Alison. Karena tidak terima selalu menjadi bahan bulyan, Mona mulai meneror Alison dengan menggunakan inisial “A”. Beruntung bagi Mona, pada suatu malam terjadi sebuah tragedi di keluarga Alison yang melibatkan dua pembunuhan yang rumit. Alison menjadi salah satu korbannya, tapi tanpa sepengetahuan siapa pun Alison selamat. Mona yang cerdas dan entah bagaimana bisa serba tahu menolong Alison untuk pergi meninggalkan kota, pura-puranya mau menyelamatkan padahal itu sudah bagian dari rencananya untuk menyingkirkan Alison jauh-jauh.

Setelah kepergiannya, grup yang dibentuk Alison bubar. Grup itu terdiri dari Spencer, Emily, Hanna dan Aria. Keempat gadis ini bukan siapa-siapa, hanya murid SMA biasa, tidak ada yang spesial. Namun Alison melihat keistimewaan mereka, dia merekrut keempat gadis itu untuk menjadi pelindung dan penolongnya. Alison sadar dia punya banyak musuh, dia butuh teman-teman yang setia yang bisa membantunya, karena itulah dia memilih keempat gadis ini. Dia menyatukan mereka dengan cara yang licik, yaitu mencaritahu rahasia mereka dan menjadikannya jaminan. Namun berkat Alison, keempat gadis itu jadi terkenal di sekolah. Dan setelah kepergian Alison, mereka kembali pada kehidupan masing-masing. Di sini Mona mengambil peran. Dia mendekati Hanna, bersama-sama mereka bertransformasi dari gadis biasa menjadi gadis populer. Mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan sampai.... Polisi menemukan mayat yang dinyatakan sebagai Alison. Malam ketika Alison menghilang, kebetulan keempat gadis itu sedang berkumpul di lumbung milik keluarga Spencer, dan kebetulan juga Spencer sama Alison rumahnya bersebelahan. Banyak hal terjadi malam itu, tapi hanya keempat gadis ini yang dengan polosnya menunjukkan kalau mereka adalah yang terakhir melihat Alison. Kasus kematian Alison membuat keempat gadis ini bersatu lagi, dan itu membuat Mona tidak suka. Hanna jadi lebih sering meluangkan waktu bersama Spencer, Emily dan Aria, Mona merasa Hanna telah dicuri darinya. Dia pun kembali muncul sebagai “A” dengan maksud untuk memecahbelah grup bentukan Alison itu. Tapi sayang, sampai akhirnya identitas dia terungkap, taktik teror yang ia gunakan terhadap Alison tidak begitu mempan pada keempat gadis itu. 

Saat tahu Mona adalah “A”, Hanna sangat marah. Dia benar-benar merasa dikhianati, apalagi Mona menculik Spencer. Hanna sudah bersiap untuk menabraknya, tapi tidak jadi. Kemudian terjadi baku hantam antara Mona dan Spencer yang berakhir Mona jatuh ke jurang. Secara fisik dia bisa diselamatkan, tetapi tidak secara jiwa. Akhirnya dia dimasukkan ke dalam RSJ. Selama ia di RSJ hanya Hanna satu-satunya teman yang rajin mengunjunginya, dan ternyata hal itu membuatnya menjadi lebih cepat stabil. Ketika dia akhirnya sudah ‘waras’, dia berniat melanjutkan misinya untuk memisahkan grup bentukan Alison. Saat itulah dia direkrut oleh “A” yang baru. Kali ini misinya lebih keji. Namun di tengah-tengah misi Mona menarik diri dari tim “A” dan mulai membantu Hanna dkk. Dia tidak tega jika harus menyakiti Hanna, karena cuma Hanna yang peduli padanya. Lalu muncullah Alison, dia kembali setelah pelariannya selama setahun. Dengan susah payah dan penuh konflik, keenam orang ini bekerjasama untuk mencaritahu siapa “A”. Tapi bahkan dengan bantuan Mona sekali pun, si “A” yang baru ini rupanya lebih ‘edan’ dari Mona. Mereka terjerat perangkap sendiri. Mona menghilang dengan meninggalkan banyak jejak darah dan akhirnya ia dinyatakan meninggal dunia, sementara semua bukti-bukti mengarah pada Alison. Lalu bukti-bukti yang lain ikut menyeret keempat temannya. 

Setelah dinyatakan bersalah karena telah membantu Alison melakukan pembunuhan, Spencer, Emily, Hanna dan Aria dibawa ke penjara. Namun di tengah jalan mobil tahanan mereka dibajak dan keempat gadis itu diculik oleh “A”. Mereka dibawa ke ‘rumah boneka’ dan di sanalah mereka bertemu dengan Mona yang telah dulu menjadi tahanan “A”. Dengan informasi yang dimiliki Mona tentang tempat itu, mereka kembali bekerjasama bahu-membahu untuk keluar. Butuh 3 minggu penyiksaan hingga akhirnya mereka bisa kabur dari tempat itu. Tapi sayangnya “A” berhasil lolos, identitasnya baru terungkap saat prom night. 

Lima tahun kemudian, setelah semua tragedi berlalu, Alison mengirim surat pada keempat teman-temannya yang sudah pada merantau. Ia meminta mereka agar pulang ke Rosewood untuk memberikan kesaksian agar kakak sepupunya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah si “A” yang mengurung dan menyiksa mereka di ‘rumah boneka’, bisa dikeluarkan dari RSJ. Kakak sepupunya Alison tersebut, yang bernama Charles alias Charlotte alias Cece, sudah dirawat selama lima tahun dan secara medis dinyatakan ‘waras’, namun pengadilan membutuhkan kesaksian dari para korban bahwa mereka setuju agar Charlotte dibebaskan. Demi Alison, teman-temannya bersedia membantu. Namun malang nasibnya, baru semalam keluar dari RSJ tubuh Charlotte ditemukan tewas di samping gereja. Hasil penyelidikan menyatakan dia dipukul oleh besi panjang berongga dan membuatnya terjatuh dari menara lonceng. Setelah itu teror kembali terjadi. Kali ini si peneror berinisal “AD”. Si AD ini mencurigai bahwa salah satu di antara Alison dan teman-temannya adalah pembunuh Charlotte, dan dengan jeniusnya dia menciptakan permainan di antara mereka. Sekali lagi, Hanna meminta bantuan Mona untuk memenangkan permainan itu. Di sinilah uniknya persahabatan mereka. Di saat-saat genting Hanna justru mengandalkan Mona, dan meskipun tidak disukai oleh yang lain, Mona tetap setia dan suka rela membantu Hanna. Sangat tersirat Hanna lebih mempercayai Mona daripada teman-temannya. Bahkan ketika yang lain mulai curiga bahwa Mona adalah AD, Hanna satu-satunya yang tetap percaya Mona sudah berubah. Dia yakin Mona tidak akan mengkhianatinya lagi. Akhirnya Mona menyerah, dia mengaku bahwa dialah yang membunuh Charlotte secara tidak sengaja. Mereka terlibat pertengkaran, Mona mendorong Charlotte hingga ia menghantam tembok dan lehernya tertancap pada besi berongga. Setelah itu baru Mona mendorongnya. Setelah Mona mengaku teror pun berakhir, dan identitas AD masih misteri. 

Identitas AD baru terkuak satu tahun setelahnya, dan Mona tidak terlalu banyak berperan di sini kecuali pada bagian penutup. Diceritakan Mona tinggal di Perancis, mungkin Paris, dia memiliki sebuah toko boneka. Dari luar tidak ada yang mencurigakan, tapi di lantai bawah tanah, Mona menyimpan kemenangannya. Dia menciptakan ‘rumah boneka’ yang dihuni oleh AD dan MD (ibunya AD), dan Mona tampak puas bisa ‘bermain’ dengan mereka. Dan ini adalah dialog terbaik yang menggambarkan kemenangan Mona.

MD : she can’t keep us here forever.
AD : of course she can, she’s Mona.



Karakter Mona Vanderwaal ini benar-benar membuatku jatuh cinta. Dia jelas masuk dalam daftar my fav villain. Dia bisa dikategorikan sebagai seorang psikopat, yang bisa melakukan apa saja demi mewujudkan obsesinya. Emosinya tidak bisa ditebak. Satu hal yang membuat dia berbeda dari karakter psikopat lainnya adalah kesetiaannya pada Hanna, satu-satunya sahabat yang peduli padanya. Dia bisa keji pada yang lainnya, tapi tidak pada Hanna. Dan itu menjadi konflik tersendiri baginya, karena Hanna adalah salah satu teman Alison, musuhnya. Pada dasarnya serial ini memang menceritakan tentang persahabatan yang rumit dan pertarungan antar psikopat. Cuma sayang latar belakang Mona tidak diceritakan lebih detail, seperti keluarga atau masa kecilnya yang bisa mendukung sifat jahatnya menjadi lebih emosional. Dia satu-satunya peneror yang tidak diceritakan masa lalunya, tidak seperti Charlotte dan AD yang diceritakan sangat detail. Sehingga asal muasal gangguan jiwanya kurang mantap. Karena bulyan yang ia terima itu hanyalah pemicu bukan penyebab. Satu lagi yang kurang adalah kisah cintanya dengan Mike, tidak diekspos lagi setelah pertengahan season 6. Padahal kisah cinta mereka cukup unik, dan lumayan memberikan dampak secara emosional pada karakter Mona. Ah, tiba-tiba aku tertarik untuk membuat cerita fanfic tentang Mona dan Mike. Hahaha.... Mungkin nanti. Karakter Mona ini benar-benar sangat menarik untuk dikembangkan. 

She can do anything, she’s Mona.



Sabtu, 18 Maret 2017

La Belle et la Bête, Tradisional dan Disney

Just a little change
Small, to say the least
Both a little scared
Neither one prepared
Beauty and the beast


Ini adalah salah satu lagu soundtrack Disney paling ngehits di awal era 90-an. Versi lagu orisinal yang dipopulerkan oleh Celine Dion dan Peabo Bryson ini nuansa dramatisnya belum bisa dikalahkan oleh versi cover yang mana pun. Bahkan versi terbaru Disney yang dibawakan oleh Ariana Grande dan John Legend tidak ada apa-apanya dibandingkan versi aslinya. Ya itulah dari segi soundtrack. Lalu bagaimana dari segi filmnya itu sendiri? Yuk, kita obrolin.

Sebelum ngomongin soal cerita, saya mau komentar sedikit tentang sinematografinya yang berhasil menghidupkan gambar gerak 2 dimensi menjadi 3 dimensi. Selain teknologinya yang memang memadai, akting para pemerannya juga mendukung keberhasilan pengadaptasian film ini. Keren lah pokoknya.

Sekarang, soal ceritanya. Versi terbaru Disney ini 98% mirip dengan versi animasinya di tahun 1991. Secara garis besar sama persis, hanya ada sedikit perubahan pada beberapa bagian yang menurut saya merupakan bentuk penyempurnaan dan penyesuain plot terhadap jaman. Termasuk di dalamnya, adegan yang terindikasi homoseksual. Rupanya hal ini memang sudah menjadi semacam tren di dunia perfilman barat untuk menyelipkan unsur homoseksual walau hanya sekian detik. Oke, kita lewatkan pembahasan bagian itu, biarkan para pakar lain yang mengurusnya. 

Mungkin ada yang sudah lupa bagaimana cerita Beauty and the Beast versi animasi 1991. Baiklah akan saya ingatkan sekilas. Ayah Belle tersesat dan kehilangan kereta kudanya, dia masuk ke dalam istana yang megah dan disambut serta dilayani oleh perabotan yang bisa bicara. Lalu kemudian Beast muncul dan memenjarakannya. Keesokan harinya, dengan dituntun oleh kuda ayahnya yang pulang sendiri, Belle menyusul sang ayah dan menawarkan diri untuk menggantikan ayahnya sebagai tahanan. Lalu terjalinlah kisah di antara keduanya sampai tiba pada malam ketika mereka berdansa. Belle mengatakan ia merindukan ayahnya, Beast memberikan sebuah cermin ajaib agar Belle dapat melihat ayahnya. Belle sangat terkejut ketika melihat gambaran ayahnya sedang sakit. Akhirnya Beast mengizinkan dia pergi menemui ayahnya. Ketika tiba di rumah, Belle mendapati bahwa penduduk desa telah menganggap ayahnya gila dan harus dirawat. Mereka berusaha membawa ayahnya tapi Belle mencoba menghalangi dan menunjukkan cermin ajaib yang diberikan Beast untuk membuktikan bahwa ayahnya tidak berbohong. Tapi di luar dugaan tindakannya itu justru membuat Gaston menghasut penduduk desa untuk menyerang Beast. Singkat kata singkat cerita terjadilah pertarungan antara Beast dan Gaston dengan hasil keduanya mati. 

Itulah cerita versi animasi 1991, yang diadaptasi menjadi film hidup pada tahun ini dengan kemiripan cerita kurang lebih 98% (perkiraan kasar ala saya). Satu hal yang perlu diingat, Disney mempunyai kebiasaan merombak plot asli menjadi sangat sederhana, mungkin karena pasar utama mereka adalah anak-anak. Jauh sebelum animasinya terkenal di era 90-an, kisah ini pernah difilmkan 45 tahun sebelumnya di negari kelahirannya, Perancis, dengan mengangkat plot yang mendekati versi orisinalnya. Film tersebut diberi judul sesuai judul aslinya La Belle et la Bête yang disutradai oleh Jean Cocteau, dan dibintangi Josette Day sebagai Belle serta Jean Marais sebagai Beast. Film ini mungkin sudah terlalu lama dan susah dicari, jika penasaran mungkin bisa mencari versi yang lebih baru di tahun 2014.

La Belle et la Bête versi 2014 disutradarai oleh Christophe Gans dan dibintangi oleh Léa Seydoux sebagai Belle serta Vincent Cassel sebagai Beast. Film ini diputar pada ajang Festival Film Internasional Berlin ke-64 sebagai film di luar kompetisi dan dirilis di Perancis pada 12 Februari 2014. Dasar cerita film ini secara garis besar memang diadaptasi dari versi orisinalnya, namun dengan banyak sekali penyesuaian dan perubahan. Film ini sempat mampir di bioskop Indonesia tapi tidak terlalu populer. 

Pertanyaannya sekarang, seperti apa sih versi orisinalnya? Kisah ini pertama kali ditulis dalam bentuk novel oleh Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve dengan judul La Belle et la Bête dan terbit pada tahun 1740. Novelnya yang begitu panjang itu diperpendek dan ditulis ulang oleh  Jeanne-Marie Leprince de Beaumont pada tahun 1756, versi Beaumont inilah yang kemudian diadaptasi oleh Jean Cocteau dalam versi filmnya di tahun 1946. Jadi begini ceritanya. 

Alkisah, di suatu kerajaan. Ada seorang pangeran yang sudah ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, dan ibunya harus berperang untuk mempertahankan kerajaan mereka. Si pangeran dititipkan dan dirawat oleh seorang peri jahat, yang mencoba untuk menggodanya ketika sang pangeran dewasa. Namun si pangeran menolak, si peri marah dan merubah si pangeran menjadi Beast.

Sementara itu di kerajaan yang lain, ada seorang raja dengan seorang putri cantik jelita. Seorang peri jahat berusaha membunuh si putri agar ia dapat menikah dengan raja (mirip Snow White ya). Lalu demi melindungi si putri, ia diberikan kepada seorang saudagar kaya yang baru saja kehilangan salah seorang anak perempuannya.  


Si saudagar itu sendiri adalah seorang duda yang kaya raya dengan 6 orang anak, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Ketiga anak perempuannya cantik-cantik namun yang bungsu, Beauty, yang paling cantik (tentu saja karena dia sebenarnya seorang putri kan?). Kedua kakak perempuan Beauty memiliki peringai yang buruk dan memperlakukan Beauty seperti pelayan (yang ini mirip Cinderella). Suatu hari tiba-tiba si saudagar ini jatuh miskin setelah kekayaannya hilang karena badai di lautan, dan mereka terpaksa tinggal di sebuah rumah kecil di desa dan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Beberapa tahun kemudian si saudagar mendengar kabar bahwa salah satu kapalnya yang dulu pernah ia kirim telah kembali. Dengan penuh semangat ia berniat untuk pergi ke kota. Ia menawarkan oleh-oleh apa yang anak-anaknya inginkan. Yang laki-laki minta persenjataan dan kuda untuk berburu, sementara yang perempuan minta baju-baju bagus dan perhiasan, kecuali Beauty yang hanya menginginkan bunga mawar.

Namun sayang sesampainya di kota ternyata kapalnya harus disita untuk membayar seluruh hutang-hutangnya, si saudagar pun terpaksa pulang dengan tangan kosong. Dalam perjalanan pulang ia tersesat di hutan akibat badai. Ia pun mencari tempat berlindung dan sampai di sebuah istana yang megah. Sosok-sosok tak kasatmata menyambutnya dan melayaninya, si saudagar tersebut akhirnya bermalam di istana itu. Keesokan paginya ketika ia hendak pulang, ia melihat taman mawar dan teringat dengan pesanan putri bungsunya. Ketika ia hendak memetik satu tangkai, Beast datang dengan marah dan mengatakan kalau ia harus mati. Si saudagar memohon meminta pengampunan dan menyampaikan kalau mawar itu adalah titipan anaknya. Si Beast akhirnya setuju untuk melepaskannya dengan syarat dia atau salah satu putrinya harus kembali. Singkat kata singkat cerita, Beauty menawarkan diri untuk pergi ke istana Beast. Di luar dugaan, di istana Beauty disambut dengan ramah dan mendapatkan segala kemewahan di dalam istana itu. Setiap malam Beast selalu meminta Beauty untuk menikah dengannya tapi Beauty selalu menolak. Sementara itu Beauty sering memimpikan seorang pangeran tampan yang ia yakini telah ditahan oleh Beast, namun Beauty tidak pernah menemukan si pangeran di istana. Beberapa bulan kemudian, Beauty rindu dengan keluargnya. Ia meminta izin untuk pulang. Beast mengizinkannya dengan syarat ia harus kembali dalam waktu seminggu. Beauty dibekali cermin ajaib untuk melihat Beast di istana dan sebuah cincin ajaib untuk kembali. Setelah seminggu, kakak-kakak perempuan Beauty yang iri berpura-pura sedih agar Beauty tidak kembali. Beauty yang baik hati itu pun tersentuh dan memilih untuk tinggal.

Lama-lama Beauty merasa bersalah karena telah melanggar janjinya, ia menggunakan cermin ajaib untuk melihat keadaan Beast. Ia terkejut mendapat gambaran bahwa Beast sedang terbaring sekarat disamping semak-semak mawar tempat ayahnya pernah mencoba mencuri. Segera saja Beauty menggunakan cincinya untuk kembali. Beauty menangis sedih di samping Beast dan mengatakan kalau dia mencintainya. Air matanya jatuh menyentuh Beast dan Beast berubah menjadi pangeran tampan dalam mimpi Beauty. 

Jadi, berbeda jauh kan dari versi Disney? Oh ya, ada satu lagi versi Hollywood yang saya suka dan tidak mungkin lupa. Beastly, sebuah film dari tahun 2011, menampilkan tokoh Beast paling guanteng yang pernah ada yang diperankan oleh Alex Pettyfer dan Vanessa Hudgens sebagai sosok "Beauty"-nya. Melihat latarnya yang berada di dunia moderen sudah pasti plotnya berbeda jauh baik dari yang versi tradisional maupun versi Disney, yang sama hanyalah butuh cinta sejati untuk mematahkan kutukan. Film ini sendiri merupakan adaptasi dari novel dengan judul sama yang terbit tahun 2007 karya Alex Flinn

Kembali pada film yang sedang heboh karena isu LGBTnya, Beauty and the Beast 2017, saran terbaik yang bisa saya berikan adalah perhatikan rating film ini baik-baik. Di Indonesia film ini diberi rating 13+, jadi sebaiknya jangan ajak anak yang usianya belum mencapai 13 tahun. Tentang adegan yang terindikasi gay, yah opini orang bisa berbeda-beda, tonton saja dan nilai sendiri. 



Jumat, 15 Juli 2016

Lo Gue Butuh Tau LGBT






Judul                   : Lo Gue Butuh Tau LGBT
Penulis                 : Sinyo
Penerbit                : Gema Insani
Tahun Terbit           : 2016
Jumlah Halaman        : 124 halaman



     Sebenarnya sudah dari beberapa minggu yang lalu saya ingin membuat tulisan ini. Tetapi saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk “puasa” menulis selama bulan Ramadhan, dan lebih fokus pada kegiatan membaca. Salah satu buku yang saya baca berjudul Lo Gue Butuh Tau LGBT karya Kak Sinyo. Buku ini formatnya ditujukan untuk remaja, namun ilmu dan informasi yang ada di dalamnya menjangkau segala usia. Bahkan menurut saya para orang tua wajib baca buku ini.

     Buku ini dimulai dengan pembahasan mengenai “Apa itu orientasi seksual?”. Secara umum dan garis besar, orientasi seksual dibagi menjadi 3 macam, yaitu: (1) SSA (Same Sex Attraction) atau homoseksual, yaitu ketertarikan seksual terhadap sesama jenis; (2) biseksual, yaitu tertarik secara seksual kepada lawan jenis sekaligus sesama jenis; dan (3) heteroseksual, yaitu ketertarikan seksual kepada lawan jenis. Orientasi seksual yang sesuai fitrah manusia tentu saja adalah heteroseksual, namun berbagai faktor mulai dari kondisi psikologis sampai lingkungan dan pergaulan dapat membuat orientasi seseorang berubah menjadi non-heteroseksual.

     Satu hal yang sangat menarik dalam buku ini adalah penjelasan mengenai perbedaan antara kaum homoseksual yang “gay and proud” dan kaum homoseksual yang “i wanna change but i don’t know how”. Biar lebih mudah mari kita sederhanakan istilahnya sesuai dengan yang disebutkan oleh Kak Sinyo dalam buku ini. Yang dimaksud dengan kelompok “gay and proud” adalah mereka yang mengakui secara terang-terangan ketertarikan mereka terhadap sesama jenis dan menganggap itu adalah sebuah anugerah dari Tuhan sehingga wajar jika mereka menikah sesama jenis. Kelompok inilah yang disebut dengan LGBT atau lengkapnya Lesbian Gay Bisexual Transgender. Bahkan setahu saya akronim ini ada yang versi lebih panjang yaitu LGBTQ, ada penambahan Queer di belakang. Lalu apa sebutan untuk kelompok yang “i wanna change but i don’t know how”? Untuk kelompok ini pada dasarnya dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu, “i can’t change” dan “please, help me”. Secara umum kelompok ini oleh Kak Sinyo dalam bukunya disebut sebagai SSA atau Same Sex Attraction. Mereka yang termasuk dalam kelompok SSA ini ada yang berusaha mati-matian untuk lurus dan ada juga yang memilih untuk menjalani hidup apa adanya. Tetapi yang mana pun tidak satu pun dari mereka memiliki kebanggaan karena memiliki ketertarikan sesama jenis apalagi menyetujui pernikahan sesama jenis.

     Lalu bagaimana Islam memandang LGBT? Jelas sekali Islam melarang tindakan seksual sesama jenis. Di sinilah yang perlu dipahami lebih dalam, bahwa yang dilarang dan dilaknat adalah perbuatannya bukan kecenderungannya. Ibarat kita punya niat jahat tapi belum dilakukan itu belum dihitung dosa. Bagi SSA, ini adalah perjuangan seumur hidup, sebuah jihad tanpa batas waktu. Bisa saja kemenangan diraih di dunia, bisa juga sampai akhir hayatnya dia masih berjuang. Namun jika mampu istiqomah sampai akhir, kemenangan di akhirat itu sudah janji Allah. Jadi jika kalian berpikir untuk menghakimi mereka, pikirkan sekali lagi, kalian sama sekali tidak tahu perjuangan yang mereka hadapi.

     Kemudian, bagaimana kalau kita memiliki teman atau sahabat yang SSA? Tidak perlu panik apalagi menjauhi, selama mereka tetap di jalan Allah dan sadar sepenuhnya itu adalah dosa, bertemanlah dengan baik. Karena terkadang orang yang memiliki SSA butuh teman untuk berbagi beban. Jika kita menghakimi mereka seolah mereka sudah pasti masuk neraka dan kita masuk surga hanya karena masalah orientasi seksual, sudah dipastikan mereka akan menjauh dan menutup diri.

     Satu pesan yang cukup bagus yang juga disampaikan oleh buku ini adalah janganlah kita terlalu mudah menuduh orang homo. Jangan mentang-mentang seseorang tidak pernah pacaran terus kita berpikir dia pasti homo. Dan pacaran bukanlah solusi untuk membuktikan kalau kita tidak homo. Jangan bermain-main dengan hati manusia. Hehehe....

     Selain hal-hal yang saya sebut di atas, buku ini juga membahas mengenai mengapa seseorang bisa tertarik sesama jenis, seperti apa ciri-ciri SSA, pro dan kontra mengenai LGBT, dan bagaimana menjaga diri dari LGBT. Hal menarik lainnya dari buku ini adalah adanya semacam tes kecil untuk mendeteksi sejak dini orientasi seksual kita. Lebih seru lagi buku ini disertai beberapa kisah nyata dari para SSA yang berjuang untuk kembali pada fitrah. Buku ini dijamin akan merubah sudut pandang kita terhadap kaum SSA dan LGBT. Buku ini sangat bagus, dan saya sangat merekomendasikan untuk membacanya bagi teman-teman SSA yang ingin menjalani hidup sesuai tuntunan agama tanpa perlu terganggu oleh ke-SSA-annya. Menurut saya buku ini sangat-sangat bermanfaat. Dan semoga tulisan ini juga bermanfaat.


Sumber utama:
-                  -      Sinyo. (2016). Lo Gue Butuh Tau LGBT. Jakarta: Gema Insani.
Sumber lainnya:

-                 -       Dari berbagai sumber



Minggu, 25 Oktober 2015

Bercerita Tentang Peter Pan

Anak-anak pasti senang kalau nonton film ini, karena genre ceritanya benar-benar dibuat untuk anak-anak. Tidak jauh berbeda dengan cerita-cerita Peter Pan yang sudah diketahui banyak orang, film PAN produksi Warner Bros ini menceritakan kisah petualangan seorang anak bernama Peter. Pada pembukaan film diperlihatkan bayi Peter ditinggalkan oleh ibunya (Amanda Seyfried) di depan pintu sebuah panti asuhan (atau sejenisnya) bernama Lambert Home For Boys. 12 tahun kemudian Peter (Levi Miller), bersama dengan anak-anak lainnya diculik oleh sekelompok bajak laut terbang dan dibawa ke Neverland untuk bekerja pada Kapten Blackbeard (Hugh Jackman) sebagai budak di sebuah tambang penghasil debu peri. Di tambang itu Peter bertemu dengan James Hook (Garrett Hedlund), dan mereka bekerja sama untuk kabur. Cerita berlanjut menjadi petualangan Peter ditemani Hook untuk mencari ibu kandungnya, yang pada akhirnya membawa mereka ke dalam kerjaan peri. Rupanya Blackbeard dan pasukan bajak lautnya diam-diam mengikuti mereka, karena Blackbeard mengincar debu peri yang begitu berlimpah di sarang mereka. Pertempuran sengit pun terjadi antara dua kubu itu, dan sudah dapat ditebak (karena ini film anak-anak) siapa yang menang. 

Komentar saya mengenai film ini tidak banyak, sangat ringan dan menghibur, sangat cocok untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga tanpa ada batas usia. Jadi kita biarkan saja para keluarga bahagia menikmati film fantasi anak-anak ini. Hehehehe..... Sementara itu, mari kita lihat lebih jauh tentang siapakah sebenarnya Peter Pan itu? 

Saya pribadi sudah mengenal sosok Peter Pan sejak masih kanak-kanak dulu, dan sudah melihat beberapa versi filmnya, tapi yang paling saya ingat adalah Hook (1991) yang disutradari oleh Steven Spielberg dan dibintangi oleh Robin Williams dan Peter Pan (2003) yang disutradari oleh P. J. Hogan dan tokoh Peter Pan diperankan oleh Jeremy Sumpter (yang membuat saya selalu ingat film ini adalah si Jeremy yang ganteng itu hihihihi....). 

Hook 1991
Peter Pan 2003
 Kedua film tersebut, sedikit berbeda dari film Pan yang sedang ngehits di bulan Oktober ini, mengisahkan tentang permusuhan antara Pan dan Kapten Hook, di mana Hook selalu dikisahkan sebagai seorang pria yang beringas. Tapi, ketiga-tiganya selalu menggambarkan Peter sebagai sosok bocah yang "bisa" dijadikan "idola " bagi anak-anak. Namun kemudian ketertarikan saya pada tokoh Peter Pan ini justru setelah membaca novel The Child Thief (Brom, 2009), dan semakin penasaran ketika tokoh ini muncul lagi dalam serial TV Once Upon A Time Season 3 (2014).

Ilustrasi Peter Pan dalam novel The Child Thief
Peter Pan dalam OUAT S3 diperankan oleh Robbie Kay  

Apa yang membuat saya tertarik dengan dua tokoh Peter Pan ini? Karena keduanya digambarkan sebagai tokoh antagonis dengan karakter yang penuh kegelapan. Tapi saya tidak akan berpanjang lebar menceritakan bagaimana peran Peter Pan dalam kedua cerita ini, karena saya akan langsung melompat pada "sejarah" tokoh Peter Pan itu sendiri.

Peter Pan diciptakan oleh J. M. Barrie, seorang novelis Inggris berdarah Skotlandia. Tokoh Peter pertama kali muncul dalam salah satu bab dalam novel dewasa karyanya yang berjudul The Little White Bird (1902). Tokoh Peter lalu dikembangkan dalam sebuah drama panggung berjudul Peter Pan, or The Boy Who Wouldn't Grow Up (1904), hingga akhirnya dibuat sebuah novel sendiri pada tahun 1911 dengan judul Peter and Wendy. Satu hal yang menarik, ternyata tokoh ini terinspirasi dari saudara J. M. Barrie, David, yang meninggal karena kecelakaan ice-skating sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-14. Ibu dan saudara-saudaranya yang lain menganggap David sebagai "forever boy". Demikian sedikit sejarah mengenai lahirnya tokoh Peter Pan. Sekarang kita lihat siapakah sebenarnya Peter Pan? Apakah dia baik atau tidak? Apakah dia pantas dijadikan idola bagi anak-anak atau tidak? 

Pertama mari kita lihat apa yang dikerjakan Peter? Versi Disney menggambarkan Peter sebagai bocah yang menawarkan kesenangan pada anak-anak terutama anak laki-laki. Dia menawarkan sebuah tempat di mana mereka bisa bermain sepuasnya, tanpa harus takut diganggu atau dilarang oleh orang tua mereka, Dalam novel Brom kegiatan ini disebut secara vulgar sebagai "pencurian anak", dan bukan sembarang anak, hanya anak-anak yang merasa tidak bahagia dengan kehidupannya. Secara naluri saya sudah mempertanyakan hal ini, "Jadi Peter itu mengajak anak-anak untuk membangkang pada orang tua dong?" Tapi karena tokoh Peter ini selalu digambarkan sebagai sosok yang periang dan menghibur, pertanyaan itu hanya sekedar lewat saja. Sampai akhirnya saya bertemu dengan tokoh Peter di novel Brom, dan saya pun mulai mencari tahu seperti apa sih cerita sesungguhnya dari Peter Pan itu? Lalu bertepatan dengan hadirnya film Pan di tahun 2015 ini, saya pun terinspirasi untuk membaginya di sini. 

Saya menemukan sebuah artikel menarik di www.kompasiana.com yang jika saya hubungkan dengan novel Brom memiliki kemiripan, atau dapat dikatakan novel Brom kurang lebih menggambarkan apa yang ada dalam artikel tersebut, walau tidak serupa karena adanya penambahan unsur-unsur gelap. Artikel tersebut menganalisa tokoh Peter Pan dari perspektif Kristen yang kurang lebih dapat saya rangkum seperti ini (dengan sedikit penggambungan dari novel Brom). Peter Pan sebenarnya adalah peri jahat (iblis) yang membentuk pasukan dengan mengajak anak-anak laki-laki yang merasa terbuang dalam lingkungannya. Anak-anak yang diajak ke Neverland akan melalui sebuah tempat berkabut terlebih dahulu, tidak semua anak-anak lolos dari tempat ini (mati), dan mereka yang lolos akan melupakan kehidupan mereka sebelumnya. Selain itu Peter juga mendoktrin mereka bahwa Kapten Hook (atau dalam novel Brom adalah Kapten Samuel Carver) adalah bajak laut yang jahat yang harus dimusuhi, atau dalam novel Brom dia adalah bagian dari bangsa Pemakan Daging yang terkutuk. Tapi sebenarnya Sang Kapten itu adalah seorang Juru Selamat yang hendak mengajak anak-anak itu untuk kembali pada Tuhan, kembali pada jalan yang benar. Singkatnya Peter Pan (iblis) membujuk anak-anak (manusia) untuk meninggalkan orang tua (Tuhan), dan Sang Kapten (Juru Selamat) memiliki misi untuk mengajak anak-anak itu kembali pada orang tua mereka. Namun, karena cerita ini ditulis dari sisi Sang Iblis, maka Iblis itulah jagoannya, dan Juru Selamat itu adalah musuh yang harus dibasmi. Kenapa bisa begitu? Karena menurut artikel ini J. M. Barrie, sang pencipta Peter Pan adalah seorang anggota Illuminati (Organisasi internasional yang memayungi gerakan-gerakan untuk membuka jalan bagi kedatangan Iblis di Akhir Zaman, dengan bertopengkan kegiatan kemanusiaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan persatuan dan bermotokan Novus ordo seclorum (Gerakan Zaman Baru)). 

Setelah membaca artikel itu saya semakin "suka" dengan tokoh Peter Pan yang antagonis, karena memang karakter itulah yang sangat cocok. Peter Pan yang jahat, senyum liciknya, tipu dayanya, semua itu terasa sangat pas dibandingkan Peter Pan yang ceria dan selalu tersenyum. Karena Peter Pan bukan karakter yang tidak pernah sedih, justru seluruh hidupnya selalu diliputi kegelisahan dan kesibukan "mencari mangsa".

Sekarang silakan menilai sendiri apakah Peter Pan pantas dijadikan idola bagi anak-anak?

Sumber:

Selasa, 30 Juni 2015

The Age Of Adaline, Romantisme Yang Tidak Biasa

Baru lihat trailernya sekali saya langsung jatuh cinta sama film ini. Saya selalu suka dengan film-film yang memiliki unsur "khayalan". 

Film dibuka oleh suara narator yang bercerita ala dongeng sambil menampilkan sedikit suasana kota San Francisco. Lalu muncullah si tokoh utama bernama Jenny. Jenny bekerja di sebuah perpustakaan, dan ketika ia memutar sebuah film lawas, sang narator kembali beraksi untuk menceritakan siapa Jenny sesungguhya. Nama aslinya adalah Adaline Bowman, ia lahir pada tahun baru 1908. Adaline menjalani kehidupan seperti perempuan lainnya, menikah dan memiliki seorang anak. Namun kemudian suaminya meninggal. Suatu hari, saat dalam perjalanan untuk menemui putrinya di rumah orang tuanya, Adaline mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak pagar pembatas lalu jatuh dan tenggelam ke dalam air (entah danau atau sungai) yang sangat dingin. Saat itu Adaline meninggal dunia. Dan saat itu juga keajaiban terjadi. Sebuah petir menyambar, dan sang narator menjelaskan secara ilmiah dan epik bagaimana kombinasi antara kondisi fisik Adaline dan sambaran petir dapat membuat Adaline hidup kembali dengan efek samping yang membuat proses penuaannya terhenti. Efek samping yang dialami oleh Adaline bukan hanya pada kondisi tubuhnya, tapi juga kehidupannya. Dia bahkan sempat menjadi incaran FBI, untungnya dia berhasil lolos. Maka sejak saat itu Adaline memutuskan untuk terus berlari, ia selalu berpindah tempat serta mengganti identitasnya setiap sepuluh tahun. 

Pada sebuah pesta tahun baru, Jenny berkenalan dengan Ellis. Pada pertemuan selanjutnya Ellis memberikan beberapa bunga dalam bentuk buku (ini romantisnya maksimal dan jauh dari mainstream). Hubungan keduanya pun berlanjut pada tahap kencan, sampai Ellis mengajak Jenny untuk ikut ke acara ulang tahun pernikahan orang tuanya yang ke-40. Setibanya di rumah Ellis, Jenny disambut hangat oleh ibu dan adik perempuan Ellis. Kemudian cerita menjadi sangat hidup ketika William, ayah Ellis , muncul dan secara spontan memanggil Jenny dengan nama aslinya "Adaline". Jenny mengelak dengan mengatakan bahwa Adaline adalah nama ibunya. Namun pada sebuah percakapan di antara mereka berdua, bekas luka di tangan kiri Jenny membuktikan bahwa Jenny adalah Adaline yang pernah dikenal William dulu. William meminta Jenny untuk tidak pergi meninggalkan Ellis seperti dulu, tapi Jenny tidak yakin. Dia meninggalkan pesan untuk Ellis dan pergi.

Di pertengahan jalan Jenny berubah pikiran, dia memutuskan untuk berhenti berlari. Di saat yang bersamaan sebuah truk menabrak mobilnya. Sekali lagi, Adaline meninggal dunia. Sang narator kembali bersuara untuk menjelaskan serangkaian fenomena alam yang mengiringi kematiannya dalam suhu yang sangat dingin, yang kemudian dikombinasikan dengan defibrilator milik para petugas medis yang datang menolong, dan keajaiban yang sama terulang lagi. Setelah sadar dan berada di rumah sakit, Adaline akhirya menceritakan semua tentang dirinya yang sebenarnya.

Bagi penggemar drama romantis, film ini wajib banget nonton. Adegan-adegan romantisme yang ditampilkan berbeda dari biasanya. Kreatif, cerdas,  dan mampu membuat saya terpana. Saya sangat menyukai tokoh Adaline yang diperankan dengan sempurna oleh Blake Lively, keanggunan dan keeleganan yang dimilikinya sejak pertengahan abad 20 tidak lekang oleh waktu. Tokoh Ellis juga sangat menarik, laki-laki seperti itulah yang saya butuhkan (curcol hahaha...).

Dari 1-10 film ini Zenin kasih nilai 8,5. ^_^

Kamis, 21 Mei 2015

Yes, I am an Introvert!

Sering dengar istilah introvert tapi belum benar-benar paham apa maksudnya. Setiap mendengar istilah itu biasanya yang tergambar dalam pikiran saya adalah orang yang susah bergaul dan amat sangat tertutup dan pemalu. Tapi ternyata tidak juga. 

Dari hasil berselancar di Google Academy berikut adalah ciri-ciri seorang introvert, yang ternyata sangat cocok dengan kepribadian saya. 



1. Senang menyendiri
    Saya sangat suka menyendiri. Saya bisa melakukan apa saja sendirian selama  saya mau. Kesepian? Tentu tidak. Definisi kesepian bagi saya adalah ketika saya meluangkan waktu bersama orang yang salah. Salah bagaimana? Salah dalam hal kenyamanan. Jadi sendiri jauh lebih nyaman bagi saya. Nonton film sendirian di bioskop, makan sendirian di restoran, nongkrong sendirian di kedai kopi,  berautis ria di toko buku, semua itu tidak masalah bagi saya. I TOTALLY enjoy it. Di rumah pun saya lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, biasanya menulis, membaca, ngegame. Keluar kamar kalau makan, nonton film, ke kamar mandi, dipanggil orang tua. I just love being alone. 

2. Pemikir, pemalu, dan pendiam
     Saya adalah orang yang tidak pernah berhenti berpikir. Pikiran saya selalu sibuk dengan banyak hal. Saking sibuknya terkadang sampai membuat aktifitas fisik saya terhenti, dan biasanya orang lain akan mengira saya lagi bengong alias melamun. Saya sangat pemalu. Malu untuk menyapa duluan, malu untuk bertanya (untung nggak pake sesat di jalan), malu untuk berbicara (atas keinginan sendiri bukan karena harus), yang semua itu tidak menutup kemungkinan orang akan berpikir saya sombong. Saya pendiam, dan hanya cerewet pada orang-orang tertentu saja. Semua orang yang baru kenal saya sudah dipastikan akan menilai kalau saya pendiam dan serius.

3. Lebih senang bekerja sendiri
     Efek dari senang menyendiri adalah senang bekerja sendiri. Bukan berarti saya tidak bisa bekerja dalam tim, saya hanya merasa lebih nyaman bekerja sendiri. Kenapa? Hampir sama alasannya dengan senang menyendiri. Dari pada harus berpartner dengan orang yang tidak cocok dengan cara kerja saya, lebih baik kerja sendiri saja. Tapi kalau partnernya cocok ya tidak masalah. Namun jika seandainya diberi pilihan, saya akan lebih memilih pekerjaan yang tidak berpartner.

4. Pemilih dalam berteman
    Saya terbuka untuk berkenalan dengan siapa saja, tapi untuk berteman sejak kecil saya sudah pemilih. Teman aja milih apalagi jodoh ya (curcol). Kriteria seperti apa yang saya pilih sebagai teman? Tidak ada kriteria khusus sih, yang penting sreg di hati. Tapi biasanya orang-orang yang bisa berteman dengan saya adalah mereka yang doyan makan, jalan-jalan, nonton, becanda, nggak jaim, nggak gampang tersinggung. Jujur, teman saya sedikit, tapi alhamdulillah mereka, dengan segala kelebihan dan kekurangan, adalah teman-teman yang baik. Kualitas lebih penting dibanding kuantitas, kan? ^_^ 

5. Lebih senang mendengarkan dari pada bercerita
     Sejak dulu saya selalu menjadi pendengar yang baik. Dalam situasi umum saya lebih suka mendengarkan dari pada menceritakan, apalagi jika berada dalam kelompok yang besar. Rasanya malas aja untuk berbagi cerita dengan orang banyak. Nggak enak gitu rasanya. Aneh? Ya begitulah. :D

6. Tidak suka keramaian
     Saya kurang suka berada di tempat-tempat yang ramai atau banyak sekali manusianya (kecuali jika suatu saat nanti saya naik haji, amin). Kepala saya rasanya langsung pusing kalau lihat manusia melimpah ruah. Apalagi kalau lihat jalanan penuh dengan pengendara motor, rasanya ingin melambaikan tangan ke kamera. Nggak sanggup :(( Saya lebih suka tempat-tempat yang tenang dan tidak banyak orang. Rasanya tuh damai dan membangkitkan semangat.

7. Lebih suka berinteraksi langsung dengan individu 
     Masih ada hubungannya dengan pendiam dan pendengar yang baik, dua hal itu hanya berlaku dalam situasi umum atau kelompok besar. Dalam situasi khusus atau kelompok kecil (bersama 1 atau 2 orang) saya akan menjadi orang yang banyak bercerita. Terlebih lagi jika lawan bicara saya itu adalah sahabat yang tahu segalanya tentang saya. Silakan tanya, mereka akan bilang saya cerewet. Hehehe.... Saya tidak butuh banyak teman untuk merasa terhibur,  cukup satu atau dua orang sahabat untuk diajak ngopi bareng. Sahabat oh sahabat, teman aja milih apalagi sahabat. ;p 

Yah, itulah kurang lebih ciri-ciri introvert yang melekat pada diri saya. Ya, saya memang introvert, begitulah adanya saya, dan saya merasa sangat nyaman dengan diri saya. Itu yang penting, nyaman dengan diri sendiri, jadi diri sendiri. Bukan begitu betul? 

Sabtu, 11 April 2015

Girl Crush, Ketika Seorang Perempuan Mengagumi Perempuan Lain



Girl Crush, rasanya senang sekali menemukan istilah ini. Akhirnya ada juga sebuah ungkapan yang bisa menggambarkan salah satu jenis "kekaguman" yang sebelumnya harus dijelaskan panjang lebar. Apa itu girl crush? Girl crush adalah sebuah perasaan suka atau kagum seorang perempuan terhadap perempuan lainnya. Bisa karena kecantikannya, kepandaiannya, kepribadiannya, gayanya, cara bicaranya, dan lain sebagainya. Tapi ketertarikan atau kekaguman ini tidak bermuatan seksual atau bernuansa romantis, benar-benar 100% kagum. Atau istilah lainya mengidolakan.

Kenapa saya senang dengan lahirnya istilah yang berasal dari negeri Paman Sam ini? Karena entah bagaimana sejak kecil saya selalu lebih menyukai tokoh wanita dibandingkan pria. Saya lebih suka cerita yang jagoannya perempuan, atau kalau pun bukan jagoan ada sosok perempuan yang memberi pengaruh besar pada alur cerita. Saya lebih mengagumi aktris dengan kemampuan akting tinggi dibandingkan aktor yang dinobatkan sebagai pria paling ganteng seplanet bumi. Mata saya lebih berbinar menyaksikan seniman perempuan yang piawai memainkan alat musik atau berkarya di bidangnya, dibanding melihat seniman-seniman pria yang ketika beraksi disoraki para kaum hawa. Saya lebih menggemari girlband dibanding boyband. 

Apa alasannya saya lebih menyukai tokoh perempuan dibandingkan laki-laki? Karena saya adalah seorang perempuan yang punya mimpi. Saya adalah seorang perempuan yang punya ambisi dan cita-cita. Melihat kesuksekan para tokoh perempuan itu memberikan penyemangat sendiri bagi saya. Walau agak terlambat menyadari tapi saya selalu berkata pada diri sendiri "gw juga bisa mencapai level itu di bidang gw." Ya, saya terlambat menyadari kalau sebatas kagum saja tidak cukup, saya harus mencontoh dengan segera dan bukannya tenggelam dalam mimpi-mimpi kosong. Saatnya saya bangun dan mewujudkan mimpi itu, dengan penuh kesabaran dan kerja keras. Mereka juga tidak mendapatkannya secara instan. 

Lagi pula, menurut saya, jika kita (perempuan) mengagumi tokoh pria batasannya hanya sekedar "andai aku bisa jadi pasangannya," yang maaf ini cuma khayalan dan membosankan. Saya lebih suka pria yang nyata bisa saya miliki ketimbang cuma sekedar khayalan. Hehehe... Tapi ketika kita (perempuan) mengagumi tokoh perempuan lainnya maka batasanya lebih luas, karena banyak aspek yang bisa dijadikan inspirasi, dijadikan motivasi untuk menjadi lebih baik, "aku ingin menjadi seperti dia." Kalimat ini jauh lebih bersemangat dan nyata.

Saya ambil contoh diri sendiri saja. Ketika saya mengagumi seorang perempuan, yang ada dalam pikiran saya adalah saya ingin berkenalan dengannya, menjadi temannya, mengobrol berbagi pikiran dengannya. Saya ingin menilai apakah kapasitas saya sudah menyamainya, saya ingin mendengar kisahnya dan memetik pelajaran darinya. Saya pribadi sih merasa tidak ada yang salah dengan itu, tapi namanya manusia lebih banyak yang berpikiran negatif ketimbang positif. Rasanya terlalu naif jika kagum disamakan dengan naksir, atau suka disamakan dengan cinta, atau menggemari disamakan dengan tetarik secara seksual. I wanna be like her, I wanna be her friend, NOT I wanna be with her. 

Jadi kekaguman seorang perempuan terhadap perempuan lainnya, dalam hal ini tokoh publik, adalah sebagai bentuk visualisasi keinginan diri untuk menjadi perempuan yang diinginkan, yang tentu dapat memberikan motivasi dan inspirasi tersendiri. Entah dengan orang lain, tapi itu yang saya rasakan.

Setelah mengetahui ini adalah hal yang wajar, saya jadi tidak merasa aneh lagi. Hahaha... Tidak ada salahnya mengagumi sesuatu yang lebih indah dari kita, bukan?

Ini sumber ide dari ocehan saya di atas:
http://articles.baltimoresun.com/2005-10-09/news/0510070442_1_crushes-popular-girl-admire