Cari Blog Ini

Minggu, 16 Juli 2017

Mona Vanderwaal : My Favorite Character from Pretty Little Liars




Aku selalu suka dengan tokoh antihero, mereka jauh lebih menantang untuk diciptakan dan menarik untuk dinikmati. Satu lagi tokoh antihero yang mencuri perhatianku adalah Mona Vanderwaal (diperankan oleh Janel Parrish) dari serial Pretty Little Liars. Mona adalah seorang remaja yang kutu buku dan tidak punya teman sama sekali. Dia selalu sendiri dan selalu jadi bahan bulyan, dia adalah salah satu korban bulynya Alison. Karena tidak terima selalu menjadi bahan bulyan, Mona mulai meneror Alison dengan menggunakan inisial “A”. Beruntung bagi Mona, pada suatu malam terjadi sebuah tragedi di keluarga Alison yang melibatkan dua pembunuhan yang rumit. Alison menjadi salah satu korbannya, tapi tanpa sepengetahuan siapa pun Alison selamat. Mona yang cerdas dan entah bagaimana bisa serba tahu menolong Alison untuk pergi meninggalkan kota, pura-puranya mau menyelamatkan padahal itu sudah bagian dari rencananya untuk menyingkirkan Alison jauh-jauh.

Setelah kepergiannya, grup yang dibentuk Alison bubar. Grup itu terdiri dari Spencer, Emily, Hanna dan Aria. Keempat gadis ini bukan siapa-siapa, hanya murid SMA biasa, tidak ada yang spesial. Namun Alison melihat keistimewaan mereka, dia merekrut keempat gadis itu untuk menjadi pelindung dan penolongnya. Alison sadar dia punya banyak musuh, dia butuh teman-teman yang setia yang bisa membantunya, karena itulah dia memilih keempat gadis ini. Dia menyatukan mereka dengan cara yang licik, yaitu mencaritahu rahasia mereka dan menjadikannya jaminan. Namun berkat Alison, keempat gadis itu jadi terkenal di sekolah. Dan setelah kepergian Alison, mereka kembali pada kehidupan masing-masing. Di sini Mona mengambil peran. Dia mendekati Hanna, bersama-sama mereka bertransformasi dari gadis biasa menjadi gadis populer. Mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan sampai.... Polisi menemukan mayat yang dinyatakan sebagai Alison. Malam ketika Alison menghilang, kebetulan keempat gadis itu sedang berkumpul di lumbung milik keluarga Spencer, dan kebetulan juga Spencer sama Alison rumahnya bersebelahan. Banyak hal terjadi malam itu, tapi hanya keempat gadis ini yang dengan polosnya menunjukkan kalau mereka adalah yang terakhir melihat Alison. Kasus kematian Alison membuat keempat gadis ini bersatu lagi, dan itu membuat Mona tidak suka. Hanna jadi lebih sering meluangkan waktu bersama Spencer, Emily dan Aria, Mona merasa Hanna telah dicuri darinya. Dia pun kembali muncul sebagai “A” dengan maksud untuk memecahbelah grup bentukan Alison itu. Tapi sayang, sampai akhirnya identitas dia terungkap, taktik teror yang ia gunakan terhadap Alison tidak begitu mempan pada keempat gadis itu. 

Saat tahu Mona adalah “A”, Hanna sangat marah. Dia benar-benar merasa dikhianati, apalagi Mona menculik Spencer. Hanna sudah bersiap untuk menabraknya, tapi tidak jadi. Kemudian terjadi baku hantam antara Mona dan Spencer yang berakhir Mona jatuh ke jurang. Secara fisik dia bisa diselamatkan, tetapi tidak secara jiwa. Akhirnya dia dimasukkan ke dalam RSJ. Selama ia di RSJ hanya Hanna satu-satunya teman yang rajin mengunjunginya, dan ternyata hal itu membuatnya menjadi lebih cepat stabil. Ketika dia akhirnya sudah ‘waras’, dia berniat melanjutkan misinya untuk memisahkan grup bentukan Alison. Saat itulah dia direkrut oleh “A” yang baru. Kali ini misinya lebih keji. Namun di tengah-tengah misi Mona menarik diri dari tim “A” dan mulai membantu Hanna dkk. Dia tidak tega jika harus menyakiti Hanna, karena cuma Hanna yang peduli padanya. Lalu muncullah Alison, dia kembali setelah pelariannya selama setahun. Dengan susah payah dan penuh konflik, keenam orang ini bekerjasama untuk mencaritahu siapa “A”. Tapi bahkan dengan bantuan Mona sekali pun, si “A” yang baru ini rupanya lebih ‘edan’ dari Mona. Mereka terjerat perangkap sendiri. Mona menghilang dengan meninggalkan banyak jejak darah dan akhirnya ia dinyatakan meninggal dunia, sementara semua bukti-bukti mengarah pada Alison. Lalu bukti-bukti yang lain ikut menyeret keempat temannya. 

Setelah dinyatakan bersalah karena telah membantu Alison melakukan pembunuhan, Spencer, Emily, Hanna dan Aria dibawa ke penjara. Namun di tengah jalan mobil tahanan mereka dibajak dan keempat gadis itu diculik oleh “A”. Mereka dibawa ke ‘rumah boneka’ dan di sanalah mereka bertemu dengan Mona yang telah dulu menjadi tahanan “A”. Dengan informasi yang dimiliki Mona tentang tempat itu, mereka kembali bekerjasama bahu-membahu untuk keluar. Butuh 3 minggu penyiksaan hingga akhirnya mereka bisa kabur dari tempat itu. Tapi sayangnya “A” berhasil lolos, identitasnya baru terungkap saat prom night. 

Lima tahun kemudian, setelah semua tragedi berlalu, Alison mengirim surat pada keempat teman-temannya yang sudah pada merantau. Ia meminta mereka agar pulang ke Rosewood untuk memberikan kesaksian agar kakak sepupunya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah si “A” yang mengurung dan menyiksa mereka di ‘rumah boneka’, bisa dikeluarkan dari RSJ. Kakak sepupunya Alison tersebut, yang bernama Charles alias Charlotte alias Cece, sudah dirawat selama lima tahun dan secara medis dinyatakan ‘waras’, namun pengadilan membutuhkan kesaksian dari para korban bahwa mereka setuju agar Charlotte dibebaskan. Demi Alison, teman-temannya bersedia membantu. Namun malang nasibnya, baru semalam keluar dari RSJ tubuh Charlotte ditemukan tewas di samping gereja. Hasil penyelidikan menyatakan dia dipukul oleh besi panjang berongga dan membuatnya terjatuh dari menara lonceng. Setelah itu teror kembali terjadi. Kali ini si peneror berinisal “AD”. Si AD ini mencurigai bahwa salah satu di antara Alison dan teman-temannya adalah pembunuh Charlotte, dan dengan jeniusnya dia menciptakan permainan di antara mereka. Sekali lagi, Hanna meminta bantuan Mona untuk memenangkan permainan itu. Di sinilah uniknya persahabatan mereka. Di saat-saat genting Hanna justru mengandalkan Mona, dan meskipun tidak disukai oleh yang lain, Mona tetap setia dan suka rela membantu Hanna. Sangat tersirat Hanna lebih mempercayai Mona daripada teman-temannya. Bahkan ketika yang lain mulai curiga bahwa Mona adalah AD, Hanna satu-satunya yang tetap percaya Mona sudah berubah. Dia yakin Mona tidak akan mengkhianatinya lagi. Akhirnya Mona menyerah, dia mengaku bahwa dialah yang membunuh Charlotte secara tidak sengaja. Mereka terlibat pertengkaran, Mona mendorong Charlotte hingga ia menghantam tembok dan lehernya tertancap pada besi berongga. Setelah itu baru Mona mendorongnya. Setelah Mona mengaku teror pun berakhir, dan identitas AD masih misteri. 

Identitas AD baru terkuak satu tahun setelahnya, dan Mona tidak terlalu banyak berperan di sini kecuali pada bagian penutup. Diceritakan Mona tinggal di Perancis, mungkin Paris, dia memiliki sebuah toko boneka. Dari luar tidak ada yang mencurigakan, tapi di lantai bawah tanah, Mona menyimpan kemenangannya. Dia menciptakan ‘rumah boneka’ yang dihuni oleh AD dan MD (ibunya AD), dan Mona tampak puas bisa ‘bermain’ dengan mereka. Dan ini adalah dialog terbaik yang menggambarkan kemenangan Mona.

MD : she can’t keep us here forever.
AD : of course she can, she’s Mona.



Karakter Mona Vanderwaal ini benar-benar membuatku jatuh cinta. Dia jelas masuk dalam daftar my fav villain. Dia bisa dikategorikan sebagai seorang psikopat, yang bisa melakukan apa saja demi mewujudkan obsesinya. Emosinya tidak bisa ditebak. Satu hal yang membuat dia berbeda dari karakter psikopat lainnya adalah kesetiaannya pada Hanna, satu-satunya sahabat yang peduli padanya. Dia bisa keji pada yang lainnya, tapi tidak pada Hanna. Dan itu menjadi konflik tersendiri baginya, karena Hanna adalah salah satu teman Alison, musuhnya. Pada dasarnya serial ini memang menceritakan tentang persahabatan yang rumit dan pertarungan antar psikopat. Cuma sayang latar belakang Mona tidak diceritakan lebih detail, seperti keluarga atau masa kecilnya yang bisa mendukung sifat jahatnya menjadi lebih emosional. Dia satu-satunya peneror yang tidak diceritakan masa lalunya, tidak seperti Charlotte dan AD yang diceritakan sangat detail. Sehingga asal muasal gangguan jiwanya kurang mantap. Karena bulyan yang ia terima itu hanyalah pemicu bukan penyebab. Satu lagi yang kurang adalah kisah cintanya dengan Mike, tidak diekspos lagi setelah pertengahan season 6. Padahal kisah cinta mereka cukup unik, dan lumayan memberikan dampak secara emosional pada karakter Mona. Ah, tiba-tiba aku tertarik untuk membuat cerita fanfic tentang Mona dan Mike. Hahaha.... Mungkin nanti. Karakter Mona ini benar-benar sangat menarik untuk dikembangkan. 

She can do anything, she’s Mona.



Sabtu, 18 Maret 2017

La Belle et la Bête, Tradisional dan Disney

Just a little change
Small, to say the least
Both a little scared
Neither one prepared
Beauty and the beast


Ini adalah salah satu lagu soundtrack Disney paling ngehits di awal era 90-an. Versi lagu orisinal yang dipopulerkan oleh Celine Dion dan Peabo Bryson ini nuansa dramatisnya belum bisa dikalahkan oleh versi cover yang mana pun. Bahkan versi terbaru Disney yang dibawakan oleh Ariana Grande dan John Legend tidak ada apa-apanya dibandingkan versi aslinya. Ya itulah dari segi soundtrack. Lalu bagaimana dari segi filmnya itu sendiri? Yuk, kita obrolin.

Sebelum ngomongin soal cerita, saya mau komentar sedikit tentang sinematografinya yang berhasil menghidupkan gambar gerak 2 dimensi menjadi 3 dimensi. Selain teknologinya yang memang memadai, akting para pemerannya juga mendukung keberhasilan pengadaptasian film ini. Keren lah pokoknya.

Sekarang, soal ceritanya. Versi terbaru Disney ini 98% mirip dengan versi animasinya di tahun 1991. Secara garis besar sama persis, hanya ada sedikit perubahan pada beberapa bagian yang menurut saya merupakan bentuk penyempurnaan dan penyesuain plot terhadap jaman. Termasuk di dalamnya, adegan yang terindikasi homoseksual. Rupanya hal ini memang sudah menjadi semacam tren di dunia perfilman barat untuk menyelipkan unsur homoseksual walau hanya sekian detik. Oke, kita lewatkan pembahasan bagian itu, biarkan para pakar lain yang mengurusnya. 

Mungkin ada yang sudah lupa bagaimana cerita Beauty and the Beast versi animasi 1991. Baiklah akan saya ingatkan sekilas. Ayah Belle tersesat dan kehilangan kereta kudanya, dia masuk ke dalam istana yang megah dan disambut serta dilayani oleh perabotan yang bisa bicara. Lalu kemudian Beast muncul dan memenjarakannya. Keesokan harinya, dengan dituntun oleh kuda ayahnya yang pulang sendiri, Belle menyusul sang ayah dan menawarkan diri untuk menggantikan ayahnya sebagai tahanan. Lalu terjalinlah kisah di antara keduanya sampai tiba pada malam ketika mereka berdansa. Belle mengatakan ia merindukan ayahnya, Beast memberikan sebuah cermin ajaib agar Belle dapat melihat ayahnya. Belle sangat terkejut ketika melihat gambaran ayahnya sedang sakit. Akhirnya Beast mengizinkan dia pergi menemui ayahnya. Ketika tiba di rumah, Belle mendapati bahwa penduduk desa telah menganggap ayahnya gila dan harus dirawat. Mereka berusaha membawa ayahnya tapi Belle mencoba menghalangi dan menunjukkan cermin ajaib yang diberikan Beast untuk membuktikan bahwa ayahnya tidak berbohong. Tapi di luar dugaan tindakannya itu justru membuat Gaston menghasut penduduk desa untuk menyerang Beast. Singkat kata singkat cerita terjadilah pertarungan antara Beast dan Gaston dengan hasil keduanya mati. 

Itulah cerita versi animasi 1991, yang diadaptasi menjadi film hidup pada tahun ini dengan kemiripan cerita kurang lebih 98% (perkiraan kasar ala saya). Satu hal yang perlu diingat, Disney mempunyai kebiasaan merombak plot asli menjadi sangat sederhana, mungkin karena pasar utama mereka adalah anak-anak. Jauh sebelum animasinya terkenal di era 90-an, kisah ini pernah difilmkan 45 tahun sebelumnya di negari kelahirannya, Perancis, dengan mengangkat plot yang mendekati versi orisinalnya. Film tersebut diberi judul sesuai judul aslinya La Belle et la Bête yang disutradai oleh Jean Cocteau, dan dibintangi Josette Day sebagai Belle serta Jean Marais sebagai Beast. Film ini mungkin sudah terlalu lama dan susah dicari, jika penasaran mungkin bisa mencari versi yang lebih baru di tahun 2014.

La Belle et la Bête versi 2014 disutradarai oleh Christophe Gans dan dibintangi oleh Léa Seydoux sebagai Belle serta Vincent Cassel sebagai Beast. Film ini diputar pada ajang Festival Film Internasional Berlin ke-64 sebagai film di luar kompetisi dan dirilis di Perancis pada 12 Februari 2014. Dasar cerita film ini secara garis besar memang diadaptasi dari versi orisinalnya, namun dengan banyak sekali penyesuaian dan perubahan. Film ini sempat mampir di bioskop Indonesia tapi tidak terlalu populer. 

Pertanyaannya sekarang, seperti apa sih versi orisinalnya? Kisah ini pertama kali ditulis dalam bentuk novel oleh Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve dengan judul La Belle et la Bête dan terbit pada tahun 1740. Novelnya yang begitu panjang itu diperpendek dan ditulis ulang oleh  Jeanne-Marie Leprince de Beaumont pada tahun 1756, versi Beaumont inilah yang kemudian diadaptasi oleh Jean Cocteau dalam versi filmnya di tahun 1946. Jadi begini ceritanya. 

Alkisah, di suatu kerajaan. Ada seorang pangeran yang sudah ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, dan ibunya harus berperang untuk mempertahankan kerajaan mereka. Si pangeran dititipkan dan dirawat oleh seorang peri jahat, yang mencoba untuk menggodanya ketika sang pangeran dewasa. Namun si pangeran menolak, si peri marah dan merubah si pangeran menjadi Beast.

Sementara itu di kerajaan yang lain, ada seorang raja dengan seorang putri cantik jelita. Seorang peri jahat berusaha membunuh si putri agar ia dapat menikah dengan raja (mirip Snow White ya). Lalu demi melindungi si putri, ia diberikan kepada seorang saudagar kaya yang baru saja kehilangan salah seorang anak perempuannya.  


Si saudagar itu sendiri adalah seorang duda yang kaya raya dengan 6 orang anak, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Ketiga anak perempuannya cantik-cantik namun yang bungsu, Beauty, yang paling cantik (tentu saja karena dia sebenarnya seorang putri kan?). Kedua kakak perempuan Beauty memiliki peringai yang buruk dan memperlakukan Beauty seperti pelayan (yang ini mirip Cinderella). Suatu hari tiba-tiba si saudagar ini jatuh miskin setelah kekayaannya hilang karena badai di lautan, dan mereka terpaksa tinggal di sebuah rumah kecil di desa dan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Beberapa tahun kemudian si saudagar mendengar kabar bahwa salah satu kapalnya yang dulu pernah ia kirim telah kembali. Dengan penuh semangat ia berniat untuk pergi ke kota. Ia menawarkan oleh-oleh apa yang anak-anaknya inginkan. Yang laki-laki minta persenjataan dan kuda untuk berburu, sementara yang perempuan minta baju-baju bagus dan perhiasan, kecuali Beauty yang hanya menginginkan bunga mawar.

Namun sayang sesampainya di kota ternyata kapalnya harus disita untuk membayar seluruh hutang-hutangnya, si saudagar pun terpaksa pulang dengan tangan kosong. Dalam perjalanan pulang ia tersesat di hutan akibat badai. Ia pun mencari tempat berlindung dan sampai di sebuah istana yang megah. Sosok-sosok tak kasatmata menyambutnya dan melayaninya, si saudagar tersebut akhirnya bermalam di istana itu. Keesokan paginya ketika ia hendak pulang, ia melihat taman mawar dan teringat dengan pesanan putri bungsunya. Ketika ia hendak memetik satu tangkai, Beast datang dengan marah dan mengatakan kalau ia harus mati. Si saudagar memohon meminta pengampunan dan menyampaikan kalau mawar itu adalah titipan anaknya. Si Beast akhirnya setuju untuk melepaskannya dengan syarat dia atau salah satu putrinya harus kembali. Singkat kata singkat cerita, Beauty menawarkan diri untuk pergi ke istana Beast. Di luar dugaan, di istana Beauty disambut dengan ramah dan mendapatkan segala kemewahan di dalam istana itu. Setiap malam Beast selalu meminta Beauty untuk menikah dengannya tapi Beauty selalu menolak. Sementara itu Beauty sering memimpikan seorang pangeran tampan yang ia yakini telah ditahan oleh Beast, namun Beauty tidak pernah menemukan si pangeran di istana. Beberapa bulan kemudian, Beauty rindu dengan keluargnya. Ia meminta izin untuk pulang. Beast mengizinkannya dengan syarat ia harus kembali dalam waktu seminggu. Beauty dibekali cermin ajaib untuk melihat Beast di istana dan sebuah cincin ajaib untuk kembali. Setelah seminggu, kakak-kakak perempuan Beauty yang iri berpura-pura sedih agar Beauty tidak kembali. Beauty yang baik hati itu pun tersentuh dan memilih untuk tinggal.

Lama-lama Beauty merasa bersalah karena telah melanggar janjinya, ia menggunakan cermin ajaib untuk melihat keadaan Beast. Ia terkejut mendapat gambaran bahwa Beast sedang terbaring sekarat disamping semak-semak mawar tempat ayahnya pernah mencoba mencuri. Segera saja Beauty menggunakan cincinya untuk kembali. Beauty menangis sedih di samping Beast dan mengatakan kalau dia mencintainya. Air matanya jatuh menyentuh Beast dan Beast berubah menjadi pangeran tampan dalam mimpi Beauty. 

Jadi, berbeda jauh kan dari versi Disney? Oh ya, ada satu lagi versi Hollywood yang saya suka dan tidak mungkin lupa. Beastly, sebuah film dari tahun 2011, menampilkan tokoh Beast paling guanteng yang pernah ada yang diperankan oleh Alex Pettyfer dan Vanessa Hudgens sebagai sosok "Beauty"-nya. Melihat latarnya yang berada di dunia moderen sudah pasti plotnya berbeda jauh baik dari yang versi tradisional maupun versi Disney, yang sama hanyalah butuh cinta sejati untuk mematahkan kutukan. Film ini sendiri merupakan adaptasi dari novel dengan judul sama yang terbit tahun 2007 karya Alex Flinn

Kembali pada film yang sedang heboh karena isu LGBTnya, Beauty and the Beast 2017, saran terbaik yang bisa saya berikan adalah perhatikan rating film ini baik-baik. Di Indonesia film ini diberi rating 13+, jadi sebaiknya jangan ajak anak yang usianya belum mencapai 13 tahun. Tentang adegan yang terindikasi gay, yah opini orang bisa berbeda-beda, tonton saja dan nilai sendiri.